Filosofi Meja Seribu Kaki Memacu Kebangkitan Pariwisata
Foto Penulis Sarjono |
OPINI - Pariwisata menjadi sektor andalan lumbung pendapatan daerah bagi kabupaten/kota di NTB. Tentu asa ini akan bisa tercapai melalui normalisasi kunjungan wisatawan terutama wisatawan mancanegara. Cukup beralasan, mengingat daerah-daerah di Gumi Gora kaya keindahan alam, budaya, seni dan tradisi lokal yang genuine menjadi daya penarik wisatawan untuk berkunjung. Ditambah lagi dengan penataan zonasi destinasi wisata akan menambah daya pikat dan kemenawanan lanscape alam area-area potensi pariwisata. Suatu contoh rencana pengembangan Lombok-Gili Matra sebagai Zonasi Pariwisata Prioritas. Penataannya tidak akan bisa hanya melalui satu sektor saja, tetapi perlu sinergi lintas sektoral demi kebangkitan kembali pariwisata kita.
Dengan segala keunikan seni budaya maupun keindahan alamnya, pariwisata Lombok memikat perhatian dunia. Meskipun daya pikat destinasi pariwisata menawan bukan berarti pengembangan pariwisata berjalan seadanya. Tapi perlu terus ditingkatkan dengan inovasi-inovasi yang kreatif serta kreasi-kreasi unik. Masih ada banyak tantangan sektor pariwisata yang niscaya digenjot akselerasinya agar lebih menarik wisatawan datang mengunjungi objek-objek wisata.
Terhitung sejak beberapa bulan pra MotoGP, dibulan Maret ini sejumlah tempat wisata sudah mulai ramai pasca dua tahun tiarap karena bencana Corona. Laiknya daerah tujuan wisata lainnya, daerah kita pun sepi pengunjung oleh karena Pandemi Covid-19. Syarat perjalanan yang menyertakan hasil tes Swab PCR juga menjadi salah satu pemicu.
Pulau Seribu Masjid ini telah dicanangkan menjadi 'Destinasi Super Prioritas' oleh pemerintah bersama Labuan Bajo (NTT), Candi Borobudur (Jateng), Danau Toba (Sumut), dan Likupang (Sultra). Bahkan tidak muluk-muluk pemerintah merancang Lombok menjadi 'BALI BARU'.
Pasca kasus Covid-19 bisa terkendali, kita harus bergegas bangkit memulihkan Lombok sebagai pusat pariwisata agar kembali ramai. Menata berbagai fasilitas dan aksesoris yang harus ada sesuai standar yang dipersyaratkan. Kita mesti menjadikan momen Seri Pamungkas World Superbike 2021 di Sirkuit Mandalika untuk starting awal kebangkitan sektor pariwisata. Pada saat itu hotel-hotel di sekitar Kuta Mandalika ludes terjual selama gelaran WSBK. Bar-bar dan tempat makan pun tidak ketinggalan memanen rupiah.
Optimis, penanda pendapatan dari sektor pariwisata mulai membuncah. Efek kejut WSBK dengan peraturan naik pesawat hanya dengan antigen membuat pelancong berbondong-bondong meramaikan obyek-obyek wisata. Sirkulasi usaha dengan menjajakan produknya mulai bergeliat semisal pedagang di bazar Kuta Mandalika. Kawasan kuliner dan souvenir di dekat pantai Kuta Mandalika bahkan sampai kewalahan. Gairah kebangkitan pariwisata kita nampak di depan mata. Sementara sebelumnya semua pencari nafkah di jalur pariwisata kesulitan. Hanya mereka yang berprofesi sebagai petani, nelayan, dan pedagang saja beraktivitas seperti biasanya.
Dus, dibulan November tahun lalu, di Kuta Mandalika nampak lampu-lampu bar terus menyala. Bahkan amatan lapangan, ada traveler menjajal bar di Kuta Mandalika yang terletak di tepi Pantai Kuta Mandalika. Fisik bar ini mirip tempat minum kopi. Bangunannya sederhana dengan kursi kayu dan meja bar di dalamnya. Tak lupa pula ada "disk jockey" memutar musik mengiringi tamu yang sedang asyik bercengkerama. Menariknya tamu mancanegara dan turis lokal nampak berbaur dalam alunan musik sambil menikmati malam. Tapi karena situasi Covid-19, bar dibuka bergiliran. Lumayan untuk sekadar melepas penat.
Catatan Lombok Destinasi Super Prioritas
Pandangan sejumlah kalangan, Lombok dengan predikat Destinasi Super Prioritas, harus terus melakukan beberapa pembenahan, infrastruktur seperti pengembangan daya tarik wisata, aksesibilitas, prasarana umum, fasilitas umum, dan fasilitas pariwisata. Memang, WSBK Mandalika melakoni perannya dengan baik memantik kebangkitan pariwisata. Tapi, masih ada keluhan dari para pelaku pariwisata, seperti kurangnya fasilitas yang memadai keinginan pengunjung. Sejumlah pelaku wisata menyebutkan ada banyak mobil sewaan dari luar Lombok memberi efek berkurangnya rezeki penduduk asli. Pasalnya mereka hanya memiliki mobil seadanya saja, jarang yang punya mobil mewah seperti Alphard yang sering dipesan oleh para pengunjung.
Sementara pada sisi sumber daya manusia (SDM) diperlukan pemberdayaan masyarakat melalui kepariwisataan. Sebab empirisnya, masih terlihat beberapa kendala diantaranya penguasaan bahasa asing. Resepsionis tempat sejumlah tamu menginap kerapkali mispemahaman dengan para tamu asing. Padahal hajat besar MotoGP 2022 sudah menunggu Lombok dan Kuta Mandalika. Event MotoGP bergengsi akan berlangsung pada Maret 2022. Untuk menyukseskannya, Mandalika dan Lombok umumnya harus berbenah.
Dalam jangka panjang diperlukan upaya-upaya strategis menuju Destinasi Super Prioritas (DSP). Beberapa langkah strategis yang mesti diambil untuk pembenahan destinasi pariwisata Lombok-Gili Tramena. Pertama, perlu merancang diversitas program wisata dengan mendorong inisiatif lokal guna terbangunnya karakter masyarakat siap menjadi tuan rumah yang baik bagi para tamu yang berkunjung terutama tamu mancanegara. Keterlibatan masyarakat mempunyai peran yang penting. Jika masyarakat menerima tamu dari luar negeri dengan ramah dan disambut dengan perkakas adat istiadat atau kesenian daerah yang dikemas dengan baik bisa menjadi daya tarik tersendiri. Kedua, konsen pada konsep 3-A dunia kepariwisataan. Saat wisatawan datang ke lokasi wisata, ada tiga hal yang menjadi atensi utamanya yaitu atraksi (sesuatu yang menarik perhatian), aksesibilitas (kemudahan mencapai destinasi pariwisata), dan amenitas (berbagai fasilitas di luar akomodasi yang bisa dimanfaatkan wisatawan seperti restoran atau toko cinderamata). Ketiga, pemerintah dan stakeholder lainnya harus punya komitmen yang kuat dalam memotivasi pelibatan tokoh masyarakat sebagai salah satu pihak yang ikut menentukan keberhasilan pembangunan industri pariwisata daerah.
Keempat, meningkatkan kepercayaan wisatawan terhadap rasa aman bagi daerah/negara lain terhadap daerah. Faktor ini menjadi suatu hal yang penting dan mampu mengundang wisatawan datang ke daerah-daerah pariwisata kita. Kelima, perlu perbaikan regulasi dan kebijakan dengan menyamakan visi dan misi pemerintah pusat dan pemerintah daerah, prioritas pemerintah daerah, harmonisasi peraturan perundangan, insentif, dan mekanisme perizinan yang sederhana dan mudah. Selain itu, peningkatan kualitas SDM Pariwisata dalam penguasaan bahasa asing, keterampilan, dan sikap melayani.
Metafora filosofi “Meja Seribu Kaki” relevan sebagai ilustrasi sinergi multipihak. Meja dengan kaki yang lebih banyak akan bisa mengatasi guncangan dan beban di setiap titik kaki lebih ringan. Filosofi yang berarti program nasional manakala dilaksanakan secara bersama-sama seperti antar instansi pemerintah pusat maupun daerah, pihak swasta, maupun masyarakat setempat maka dapat berjalan dengan baik. Semoga. (red)
Posting Komentar untuk "Filosofi Meja Seribu Kaki Memacu Kebangkitan Pariwisata"